Selasa, 01 Maret 2011

friend.. you are precious

Ada seorang gadis berusia 15 tahun. Anna Valencia namanya. hari ini adalah hari pertamanya berada di bangku sekolah menengah atas. Anna adalah seorang gadis yang cantik. kulitnya sawo matang, rambutnya hitam ikal sebahu, tinggi nya tidak lebih dari 170 cm, dan berat badannya juga tidak lebih dari 55 kilogram. bagi kebanyakan gadis seumurnya, Anna adalah contoh yang dianggap "sempurna". Namun, manusia memang tidak ada yang sempurna. Meskipun cantik, namun Anna mengalami kebutaan sejak 2 tahun lalu. Sebuah kecelakaan membuatnya harus kehilangan 2 bola mata nya. Dunia gelap bagi Anna. Semua serasa hancur dan ia merasa tidak memiliki harapan apapun.

Sejak ia buta, yang terus memberi semangat adalah Bening. Mereka berkenalan 2 tahun lalu saat Bening menjenguk sepupu nya di rumah sakit tempat Anna dirawat. Bening tidak sengaja menemukan dompet, yang ternyata dompet itu milik Anna. Ia kemudian mencari Anna dengan bantuan pak Satpam. Dari situlah mereka berkenalan dan akhirnya menjadi sahabat. Bening selalu memberi semangat pada Anna. Terutama saat Anna merasa "down" dan lelah menjalani kehidupan nya yang "gelap" saat ini.

Bagi Anna, Bening tidak hanya menjadi sahabat, namun juga menjadi kakak yang sangat baik. Maklum saja, Anna adalah anak tunggal. Orang tua nya sangat memanjakan Anna. Apapun rela mereka berikan demi kebahagian Anna. Termasuk saat Anna meminta pada kedua orang tua nya agar Bening bisa tinggal di rumah bersama mereka. Tak hanya Bening, tetapi juga kedua orang tua Bening.

Pemutusan hubungan kerja secara besar-besaran menimpa ayah Bening yang hanya bekerja sebaga tenaga administrasi di sebuah perusahaan garmen. Hal ini membuat Bening dan keluarga nya terpaksa pindah ke rumah yang lebih kecil. Ibu nya juga terpaksa harus ikut banting tulang dengan berjualan nasi uduk. Ayahnya setelah di PHK bekerja menjadi petugas security di sebuah sekolah. Bening juga ikut membantu ekonomi keluarga dengan menjadi guru ekstrakurikuler melukis di sebuah Sekolah dasar. Tak hanya Bening yang ikut membantu ekonomi keluarga, kedua kakak nya juga terpaksa cuti kuliah dan bekerja sebagai guru les. Namun, Bening dan keluarga nya tidak pernah mengeluh. Mereka selalu bersyukur dengan apapun yang mereka miliki dan mereka dapat.

Mengetahui hal tersebut, Anna ingin sekali membantu Bening. Maka, ia memohon pada kedua orang tua nya agar Bening dan keluarga nya bisa tinggal di rumah Anna. Orang tua nya pun mengabulkan keinginan Anna. Anna sangat berbahagia, begitu juga dnegan Bening dan keluarganya.

Setiap hari, Bening selalu menemani Anna berangkat dan pulang sekolah. Mereka satu sekolah, namun beda kelas. Saat jam istirahat, Bening selalu mengajak Anna untuk ikut bergabung dengan teman-teman yang lain. Anna gadis yang pemalu dan agak tertutup, sedangkan Bening adalag sosok gadis yang ceria dan mudah untuk bergaul dengan siapa saja. Sepulang sekolah, Bening juga selalu membantu Anna mengerjakan tugas dari sekolah. Hal ini membuat Anna, meskipun ia buta, tetap mendapatkan nilai yang baik.

Suatu hari, sepulang sekolah, Anna mengajak Bening ke sebuah taman yang letaknya tidak jauh dari rumah. Masih mengenakan seragam, mereka memutuskan untuk menghabiskan waktu di taman sambil makan siang dan mengobrol. Mereka berdua tertawa bahagia dan Bening mulai melukis pemandangan sekitar. Lukisannya semakin terlihat hidup saat ia juga melukis Anna yang sedang melebarkan kedua tangannya menghadap matahari.

Saat Bening sedang asyik melukis, tiba-tiba Anna mengatakan sesuatu.
" Bening, aku tau ini siang hari, namun aku tidak dapat melihat terangnya cahaya matahari. Aku hanya bisa merasakan panas matahari di wajahku. Kapan ya aku bisa melihat lagi?"

" Aku yakin, Anna, kamu akan mendapatkan donor mata. Kamu orang yang baik, aku yakin banyak orang akan membantu mu." jawab Bening sambil terus memainkan kuasnya diatas kanvas.

" Kamu masih melukis? Saat aku bisa melihat nanti, hal pertama yang aku ingin lihat adalah lukisanmu, Bening. Aku ingin menyimpan lukisan itu. Apa aku ada di lukisanmu?" 
Anna berbalik badan, meraih tongkatnya, dan duduk di sebelah Bening.

" Hampir selesai. Tinggal memberi aksen saja. Aku akan simpan lukisan ini di kamar mu, Anna. Aku harap kamu cepat bisa melihat lagi. Aku juga berharap kamu menyukai lukisan ku." kata Bening sambil terus memainkan kuasnya.

" Baiklah. Bening, aku punya sebuah janji yang hanya aku beritahukan padamu." kata Anna sambil memegang botol minum yang berisi air putih.

" Apa itu?" tanya Bening penasaran. Ia meletakkan lukisan tadi di sebelahnya.

" Aku berjanji, jika aku sudah bisa melihat, aku akan meraih cita-cita ku menjadi seorang dokter. Aku ingin menjadi dokter spesialis THT. Aku mau membantu mereka yang kesusahan. Aku janji, tidak akan memungut biaya apapun pada mereka dengan ekonomi pas-pasan." kata Anna bersemangat.

" Aku pegang janjimu, Anna. Aku berdoa supaya kamu mendapatkan yang terbaik. Aku juga berdoa supaya kamu mendapatkan donor mata secepatnya." Bening memberi dukungannya.

Setelah asyik mengobrol, mereka pulang dengan mobil Anna. Mobil tersebut dikemudikan oleh Pak Soleh, supir Anna yang sangat baik dan bijaksana.


Sebulan kemudian, Anna mendapatkan berita yang sangat menyedihkan. Bening dan keluarga nya harus pindah ke Denpasar. Ayahnya mendapat pekerjaan sebagai staff administrasi di sebuah hotel. Ibu nya juga mendapat kesempatan untuk membuka kantin di sebuah sekolah SMP di Denpasar. Hal ini tentu saja berat bagi Anna, yang sudah 2 tahun bersahabat dengan Bening. Namun, Bening berusaha membuat Anna tidak bersedih lagi.

" Anna, aku pergi hanya sebentar. Setelah kita lulus SMA, aku janji akan kuliah di Jakarta. Aku juga janji akan terus memberi kabar padamu. Ingat, kamu punya janji soal cita-cita mu. Aku mau, kamu meraih itu. Janji?"

Anna mengangguk. Ia memeluk Bening erat-erat. Ia masih tidak rela Bening harus pindah ke Denpasar sampai mereka lulus SMA.
" Aku janji, Bening. Aku akan meraih cita-cita ku. Kamu juga janji ya akan kuliah di Jakarta dan kita akan terus bersahabat. Oke?"

" Iya aku janji." kata Bening sambil melepaskan pelukan Anna. Lalu, Bening dan keluarga nya menuju mobil. Mereka dihantar Pak Soleh ke bandara. Pesawat akan berangkat 3 jam lagi. Meskipun Anna tidak bisa melihat Bening dan keluarga nya pergi, namun Anna bisa merasakannya.

6 bulan kemudian..
Anna sudah hampir 1 bulan tidak mendapatkan kabar dari Bening. Ia terus mencoba menghubungi Bening, namun tidak pernah berhasil. Anna akhirnya putus asa. Sempat terpikir olehnya untuk pergi ke Denpasar, namun niatnya tidak dapat terlaksana. Pasalnya, orang suruhan Ayah Anna tidak dapat menemukan alamat Bening dan keluarganya. Anna sangat sedih sekali. Lalu, ia mendengarkan percakapannya dengan Bening sebulan lalu. Anna tidak berharap percakapan ini adalah percakapan terakhir dengan Bening.

"hai Anna.. sedang apa kamu?"

"Hai Bening. Aku baru saja selesai makan malam. Tadi, sahabat papa saat SMP datang. Akhirnya kami pergi makan ke luar. Kamu sedang apa?"

"Aku baru saja pulang dari rumah teman. baru selesai kerja kelompok. Bagaimana kabar Jakarta? Baik kah?"

"Baik dong. Bening, aku punya kabar gembira buat kamu."

"Oh iya? Kabar apa?"

"Aku akan mendapatkan donor mata. Kamu tahu, operasi nya akan dilakukan 3 bulan lagi. Itu berarti selesai ujian semester. Kamu bisa datang ke Jakarta?"

"Aku usahakan ya.. Karena aku juga punya beberapa tugas yang harus aku selesaikan..
Tapi, akan benar-benar aku usahakan untuk datang."

"Baiklah Bening.. Aku berharap sekali kamu datang.''

Meskipun merasa sangat sedih dengan jawaban Bening, namun Anna mencoba untuk tetap mengerti keadaan Bening. Sampai akhirnya.. hari yang ditunggu Anna pun tiba.


Hari ini, hidup Anna akan berubah 180 derajat, entah operasi akan berjalan lama atau cepat. Tentu Anna dan keluarganya mengharapkan semua proses tidak memerlukan waktu lama dan Anna kembali bisa melihat dunia yang penuh warna.

Operasi pun berjalan. Selama hampir 5 jam Anna berada di ruang operasi. Tepat pukul 20.00 Anna keluar ruang operasi. Ia sudah diijinkan untuk dibawa ke ruang rawat inap. Saat ia kembali sadar, hal pertama yang ia lakukan adalah menyentuh perban yang menutupi matanya. Dengan sedikit senyum terlukis di bibirnya, ia berkata dalam hati "akhirnya."

Saat yang dinanti pun tiba. Dokter akan membantu Anna membuka perban yang selama beberapa hari menutup matanya. Ia duduk di pinggir tempat tidur rumah sakit, didampingi oleh kedua orang tuanya. Dokter secara perlahan membuka perban. Sedkit demi sedikit terbuka, dan inilah yang terakhir. Kapas yang menempel di kedua mata Anna diangkat pelan-pelan.

"Anna, buka matamu pelan-pelan" suara Dokter Arif memecah keheningan di ruangan itu.

Anna hanya mengangguk. Ia mengikuti perintak Dokter Arif. Dengan perlahan ia membuka mata dan secara ajaib ia bisa melihat kembali. Ia pun tertawa. Seisi ruangan bernafas lega dan tersenyum lebar. Anna langsung memeluk mama dan papanya. Ia juga memeluk sambil mengucapkan terima aksih pada dokter Arif yang telah mengoperasi dan memantau kondisinya. Namun, ia merasa ada yang kurang. Meskipun Anna sedang berbahagia, ia tetap merasa ada sesuatu yang mengganjal.

Ia kembali ke rumahnya. Dengan penuh rasa gembira, ia masuk ke kamarnya. Inilah kamar yang selama ini Anna tempati. Tembok berwarna hijau jeruk nipis, tempat tidur dnegan sprei dan bedcover berwarna kuning, lemari baju dan meja belajar yang terbuat dari kayu jati, dan sebuah lukisan. Anna langsung menuju lukisan yang dipasang di dinding, tepat di samping jendela kamarnya.

Sebuah lukisan gadis bermbut panjang yag mengendarai sepeda. Rindangnya pepohonan dan sinar matahari yang menyusup diantara daun-daun, semakin menambah kesan hangat nya suasana di lukisan itu. Anna tersenyum lebar melihat lukisan itu, ia pun meraihnya dan membalikkan lukisan itu. Tertera sebuah inisial B.F dan sebuah tanda tangan. " Bintang Fiorencia. Ini pasti lukisan mu." kata Anna dalam hati.


12 tahun kemudian..

Seorang dokter spesialis THT sedang berjalan menuju ruang prakteknya. Dengan penuh wibawa, ia menjinjing jas kebanggannya yang berwarna putih di lengan kirinya, lalu membawa tas di tangan kanannya. Tak lupa stetoskop yang selalu ia bawa dan dimasukkan ke dalam kantong jas putih nya. Ya, itulah dokter kesayangan rumah sakit tersebut. Banyak pasien yang senang untuk memeriksakan diri padanya, bahkan untuk sekedar bercakap-cakap saja, mereka sudah senang. Siapakah dokter itu?

dr. Anna Valencia, itulah namanya. Seorang dokter THT yang ternyata pada masa kecilnya tidak dapat melihat. Sampai akhirnya ia mendapat donor mata 12 tahun lalu. Ia berhasil meraih cita-cita dan mimpinya. Dengan mata nya sekarang, ia dapat dengan asyik membaca buku, melihat pemandangan, menyetir mobil, dan memasak bersama mama nya.

Begitu banyak perubahan yang tejadi pada hidup Anna ketika ia sudah bisa melihat lagi. Ia kembali bersemangat untuk melakukan banyak hal. Ambisi dan mimpinya menjadi seorang dokter THT bisa ia raih. Berusaha mati-matian dengan membaca banyak buku, mengikuti banyak tes, dan akhirnya ia mendapatkan hasil yang setimpal dengan usaha kerasnya. Ia berhasil diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kemudian, melanjutkan spesialis di tempat yang sama.

Anna melamun di ruangan prakteknya. Ia ingat hari ini ada janji bertemu pasien. Seorang kakek tua yang memiliki gangguan telinga akan jadi pasien pertamanya hari ini.

"ah, masih 1 jam lagi." katanya dalam hati.

Sambil menunggu, ia melamun. Ia merasa sudah bisa meraih semua cita-cita dan mimpinya, namun ia tidak akan berhenti sampai situ. Keinginannya untuk punya rumah sakit bagi orang-orang miskin masih belum dapat terwujud. Tiba-tiba saja, matanya mengarah pada foto yang ada di meja kerjanya. Foto 14 tahun lalu bersama sahabat karibnya, yaitu Bening. Kemudian, ia berpikir " Bening sekarang dimana? "

Pikiran mengenai dimana keberadaan Bening dibawa Anna sampai ke rumahnya. Ia terus bertanya-tanya dalam hati, kemana Bening sekarang, mengapa sejak ia operasi mata Bening tidak datang, mengapa keluarganya juga sudah menghilang entah kemana.

Pikiran dan pertanyaan mengenai keberadaan Bening terus muncul, sampai akhirnya, Anna memutuskan untuk menggunakan waktu cuti nya untuk mencari Bening. Hampir 1 minggu ia mencari, namun hasilnya nihil. Ia juga memohon pada ayahnya untuk mencari keluarga Bening.

Hampir 1 tahun Anna berusaha untuk mencari keberadaan Bening dan keluarganya. Namun, semua hasilnya nihil. Ia pun putus asa dan akhirnya memutuskan untuk menghentikan pencarian.

Saat Anna memutuskan untuk menghentikan pencarian, ia mulai mengumpulkan semua foto-foto dan benda-benda yang memiliki kenangan tersendiri bersama Bening. Tanpa sadar, ia meneteskan air mata. Ia menangis tersedu-sedu, mengharapkan bisa kembali bertemu dengan sahabatnya itu.


10 hari kemudian..
Saat Anna menghabiskan waktu santai sore nya di taman tempat dirinya bersama Bening bermain saat masih kecil, ia merasa mengenal sosok wanita yang duduk tidak jauh dari dirinya. Wanita itu terlihat sangat anggun dengan memakai setelan batik berwarna hijau dan rambut yang dikepang.

Namun, Anna merasa agak aneh dengan keadaan wanita itu. Padahal, hari tidak terlalu panas, tapi mengapa ia menggunakan kacamata?
Karena penasaran, ia menghampiri wanita itu. Lalu, mengucapkan salam dan mulai membuka percakapan.
" Hai" 
Sapa Anna. Ia berada di belakang wanita itu. Berharap wanita itu menengok ke belakang.

" Hai " 
balas wanita itu, tanpa menoleh. Namun, ANna tetap berada di belakang wanita itu.

"Kamu sedang apa? menatap langit? " 
tanya Anna penasaran.

" Ya, menatap langit dan sebenranya aku berharap bisa kembali melukis indahnya langit sore hari." jawab wanita itu.

" Kamu suka melukis? "
Tanya Anna. Ia pun mulai merasa curiga dengan wanita ini. Kenapa ia merasa mengenali wanita ini? suaranya, gaya bicara nya, dan wajahnya.

" Iya, aku suka sekali. " jawab wanita itu sambil tersenyum.

" Bening, kaukah itu? " 
Tanya Anna. Suaranya mulai bergetar.

Wanita itu menoleh ke belakang,. Ia mengambil tongkatnya, lalu berdiri. Sambil meraba-raba, ia memegang bahu Anna. " Anna, kaukah itu?" tanya nya.

"Bening, ini aku, Anna. Apa yang terjadi padamu, Bening? Knapa sekarang kamu buta? " 
Tanya Anna sambil menangis dan memeluk wanita itu, yang ternyata adalah Bening.

"Anna, aku sangat merindukan mu. Amat sangat merindukanmu. Bahkan aku tidak tahu harus berkata apa sekarang." Bening pun mulai meneteskan air mata.

Anna kembali bertanya, mengapa Bening buta. Lalu, Bening pun menceritakan kejadian yang sebenarnya.

"Saat itu, mama mu menceritakan banyak hal tentang kamu pada mamaku. Lalu, aku dengar, kamu masih belum mendapatkan donor mata. Padahal tahun depan kamu ingin sekali ikut ujian masuk kedokteran. Akhirnya, setelah berpikir sekian lama, aku memutuskan untuk menyumbangkan mata ku ini. Karena aku tahu, kamu sangat memerlukan nya. Aku pun yakin, saat kamu sudah bisa melihat, kamu akan menepati janjimu untuk menjadi dokter. Aku minta maa Anna, aku harus menghilang dari mu. Aku juga gagal meraih mimpi ku menjadi seorang guru. Sekarang, aku hanyalah seorang pelukis."

Anna menangis mendengar cerita Bening. Ia kembali memeluk Bening dan kemudian mengajak Bening ke rumahnya. Sepanjang perjalanan, Anna merasa sangat berterima kasih pada Bening. Ia berjanji akan menjadi seorang dokter yang baik, yang mau mengabdikan seluruh hidupnya bagi orang-orang tidak mampu.

Sebelum mereka sampai di rumah, Anna membisikkan sesuatu pada Bening, " kamu adalah sahabat terbaiku sepanjang masa, Bening." dan Bening hanya membalas dengan sebuah senyuman kecil namun bermakna dalam.


-- sekian --